Sabtu, 5 Mei 2007
From: Kayla.Maharani@gmail.com
To: Regismachdy@yahoo.com
Subject: Berdikari
“Bisakah kita tidak berdialog lagi?”
Maaf, ada
banyak hal yang ingin saya ketik. Awalnya, saya ingin berputar-putar. Tetapi
saya sadar, sudah terlalu sering merumitkan Kakak dengan bahasa saya. Seluruh
kalimat yang tertuliskan setelah ini adalah segala apa yang saya rasakan dalam
hidup setelah ‘pertemuan’ dengan Kakak. Tetapi maaf, pada akhirnya, saya mengcopy-paste inti tulisan yang tadinya
berada di bagian paling bawah, menjadi tulisan yang berada di bagian paling
atas. Saya ingin semuanya jelas. Dan tidak ada lagi kesalahpahaman diantara
kita.
Surat kali
ini tidak begitu panjang. Saya sudah teramat sering mengirimkan Kakak surat yang panjang. Saya pun tidak ingin mengulang
tangisan panjang di dalam kamar setiap kali mengirim ataupun membaca surat dari
Kakak. Saya benar-benar ingin berubah. Semoga surat ini menjadi rantai janji
yang mengikat jantung saya agar benar-benar mematuhi apa yang hati saya
inginkan.
Sekali
lagi, dan beribu kali pun, saya tidak akan pernah bosan untuk berterima kasih
pada Kakak. Untuk kesediaan meluangkan waktu teramat banyak untuk membaca dan
membalas seluruh surat saya.
Kakak
adalah orang pertama yang membaca seluruh puisi saya. Seluruh kegundahan yang selama
ini saya simpan sendiri. Seluruh keinginan, asa, mimpi, harapan, dan cita-cita
yang terpendam dalam hati yang terdalam. Jarang sekali saya berani membicarakan
masa depan kepada orang lain. Seperti yang Kakak tahu, masa depan saya sudah ‘pasti’.
Kakaklah satu-satunya orang yang memberi saya kebebasan bersuara. Membantu saya
dengan cara yang tidak Kakak sadari, untuk berani melawan takdir dan sesekali
membantah perintah orang tua danTuhan. Sungguh, saya menemukan kebebasan.
Dan Kakak
jualah orang pertama yang mengizinkan saya belajar dari semua puisi, pikiran,
dan pengalaman Kakak yang teramat berharga namun Kakak kerdilkan sendiri.
percayalah, engkaulah manusia dengan pikiran paling merdeka yang pernah saya
temui selama ini. Engkaulah perangkai kata terindah yang mampu memberi saya
energi untuk menepis garis yang telah tertulis. Engkaulah manusia dengan
pengalaman hidup luar biasa di usia yang masih belia, sehingga tertempa menjadi
manusia yang sarat akan kebermaknaan hidup.
Sungguh,
tanpa Kakak, saya masih hanya boneka patung yang digerakkan melalui tali-temali
‘para penguasa’ sehingga tidak memiliki arti tersendiri dalam kehidupan. Saya
adalah reinkarnasi Kartini dalam kesempitan paradigma. Saya adalah Siti Nurbaya
dalam kesempitan pemahaman budaya. Dan kini, saya akan bermetamorfosa menjadi
wanita dewasa yang bertanggung jawab atas kehidupannya, cita-citanya. Sayalah
yang akan menanggung dan menunggangi diri saya sendiri. Selamanya.
Terimakasih,
untuk segala puisi yang Kakak berikan pada saya. Biarpun terkadang Kakak hanya
mengirimi saya berupa satu paragraf surat tidak niat untuk membalas curahan
saya yang berlembar-lembar, atau bahkan hanya satu kalimat yang terkadang
membuat saya sesenggukan sendirian dalam kamar hingga tertidur karena kelelahan
menangis, tergelak tawa, tersenyum kecil, atau ingin membanting semua barang
dalam kamar. Bagi saya, semua kata-kata Kakak adalah puisi sekaligus petuah
yang murni, jujur, dan tulus. Satu hal yang paling saya harapkan ialah; semoga semua
nasihat dari Kakak bukan hanya ditujukan pada saya, namun juga berbalik untuk
diri Kakak sendiri. Ya, saya percaya, bahwa sejatinya menasihati orang lain
adalah menasihati diri sendiri dua kali. Saya ingin Kakak bisa melumat semua
nasihat yang Kakak berikan pada saya, untuk diri Kakak sendiri.
Kak, saya ingin mengatakan pada Kakak bahwa kelak,
Saya bukan lagi lilin yang hanya menerangi
hati orang lain,
namun juga akan menyinari hati sendiri.
namun juga akan menyinari hati sendiri.
Saya pun bukan lagi pohon yang hanya
kokoh menghadapi masalah,
namun juga mampu menyelesaikan masalah.
namun juga mampu menyelesaikan masalah.
Saya bukan lagi bumi tempat segala
kesedihan terjadi.
Saya akan melihat anak-anak yang berlari riang mengejar layang.
Saya akan melihat anak-anak yang berlari riang mengejar layang.
Dan saya, bukan lagi piano yang hanya
termangu bisu saat tak ada pianis yang menjentikan jarinya.
Saya adalah piano yang dapat memainkan tutsnya sendiri, menghibur banyak manusia.
Saya adalah piano yang dapat memainkan tutsnya sendiri, menghibur banyak manusia.
Dan saya pun, telah berhasil menjadi
diri sendiri.
Masih
ingat puisi Kakak sendiri tentang ini, kan?
Dan saya lebih yakin, Kakak sudah
mencapai kesejatian diri Kakak.
Suatu saat nanti.
Sekali
lagi, dua kali lagi, seribu kali lagi pun akan saya katakan bahwa saya
berterimakasih teramat banyak pada Kakak. Namun maaf, inilah jalan yang ingin
saya tempuh. Saya sudah terlalu sering merepotkan semua orang, terutama Kakak.
Saya bukanlah orang penting. Bahkan sejak diawal pun, saya bukanlah siapa-siapa
bagi Kakak. Namun Kakak selalu menyempatkan membaca semua keluh kesah saya, terimakasih.
Inilah jalan yang akan saya pilih: Saya ingin berdiri di atas kaki saya
sendiri, menggenggam cita-cita sendiri, dan mewujudkannya seorang diri. Serta
untuk benar-benar meneguhkan hati saya, untuk waktu yang tidak ditentukan, saya
tidak ingin lagi berkeluh kesah pada Kakak. Saya tidak mau lagi bergantung pada
orang lain. Sudah cukup. Saya tidak akan bergantung pada orang lain walau
karena keterpaksaan ataupun karena keinginan saya. Saya tidak akan membuka
email ini. Dan saya harap, kita benar-benar tidak perluberbincang lagi. Maaf, sebenarnya
berat untuk mengatakannya. Tetapi, jika saya masih membuka email ini, dan saya
bercerita pada Kakak lagi,itu berarti saya belum mandiri. Saya belum bisa hidup
sendiri. Saya ingin benar-benar mampu sendiri.
Seribu
terimakasih, seribu maaf, saya ucapkan pada Kakak walau saya tidak pernah
mengatakan ‘tolong’ satu kalipun.
Semoga,
saya benar-benar bisa berdiri di atas kaki saya sendiri.
Adalah kamu,
yang mampu menyelami aku di segala
kedalaman rahasia
Tanpa perlu bertutur,
kau buatku banyak bercerita
Hanya dengan tatap mata,
kau menembus dan menulusuri sumur
rahasia hati,
yang selama ini terjaga
Kamu,
adalah satu-satunya yang mampu
membuatku membuka segala bahasa jiwa
terima kasih.